Sunday, November 25, 2018

Keliling Museum di Jakarta Pusat

Bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November kemarin, jalan-jalan keliling museum di Jakarta. Naik KRL ke Cikini, setelah sampai di Stasiun Cikini naik bajaj cuma 15 ribu bilang mau ke Museum Proklamasi, ternyata kami diturunkan di Tugu Proklamasi dong, kayaknya supir bajajnya salah paham. Yaudah, setelah bertanya sama warga sekitar tapi tidak mendapatkan jawaban yang oke akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan modal google maps dan semangat yang tinggi.
1. Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Akhirnya sampai di destinasi pertama yaitu Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Museum ini terletak di Jl. Imam Bonjol No 1 Jakarta Pusat.  
Harga Tiket : 
Dewasa : Rp.2.000,-
Dewasa (Rombongan) : Rp. 1.000,-
Anak-anak : Rp. 1.000,-
Anak-anak (Rombongan) : Rp.500,-
Tamu asing : Rp.10.000,-
Jadwal Museum : 
Senin/Libur nasional : Tutup
Selasa-Kamis dan Sabtu-Minggu : 08.00-16.00 WIB
Jumat : 08.00-11.30 dan buka kembali 13.00-16.30
Kita mendapatkan buklet berisi sejarah gedung dan di dalamnya ada 4 pertanyaan yang bisa kita isi selepas berkunjung ke museum ini, jadi semacam post test gitu. Ternyata di sana ramai banget siswa-siswi SD yang lagi berkunjung. 
Patung Sayuti Melik sedang mengetik naskah proklamasi
Museum yang dikelola oleh Ditjen Kebudayaan Kemendikbud ini sudah berbasis teknologi canggih seperti augmented reality dengan cara memindai gambar yang bertanda khusus menggunakan aplikasi SiJi yang bisa diunduh di Google Play Store, jadi setelah kita pindai maka gambar tersebut akan berubah menjadi video yang akan menjelaskan tentang isi tulisan pada gambar tersebut. Menarik bukan? seperti pada video di bawah ini
Di belakang museum ini terdapat taman yang dihiasi lukisan sejarah pada dindingnya dan ada berberapa kandang burung merpati
2. Museum Sasmitaloka Jenderal Besar A.H. Nasution
Destinasi selanjutnya ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih 22 menit dari destinasi pertama yaitu Museum Perumusan Naskah Proklamasi. 
Museum ini terletak di Jl. Teuku Umar No.40, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat
Tiket masuk tidak ada alias gratis, pengunjung hanya perlu mengisi buku tamu dan bila berkenan bisa mengisi kotak uang pemeliharaan museum seikhlasnya.
Jadwal museum : 
Senin : Tutup
Selasa-Minggu : 08.00-16.00 WIB
Ketika masuk kami dikagetkan dengan salah satu pasukan Tjakra Birawa yang jongkok sambil memegang senapan, sungguh sangat bikin deg-degan ga berhenti bahkan sampai keluar museum pun saya masih deg-degan dibuatnya dan takut untuk memasuki ruangan lain sendirian haha.
Patung yang menggambarkan ketika Jenderal A.H Nasution hendak melompat pagar yang berada di sampingnya rumahnya demi bersembunyi dari sergapan Pasukan Tjakra Birawa yang hendak menculiknya.
Anak kedua Jenderal A.H Nasution yang bernama Ade Irma Suryani Nasution (5 tahun), tertembak senapan pasukan Tjakra Birawa dalam pelukan ibundanya ketika berusaha menjadi tameng bagi Ayahandanya. Hingga akhirnya meninggal di rumah sakit dan dimakamkan di Jl. Prapanca Raya No.12. 
perjalanan menuju museum selanjutnya melalui Taman Suropati, ini matahari sedang terik-teriknya, sempet istirahat sebentar terus beli semangka potongan yang dijual di abang penjaja rujak

3. Museum Sasmitaloka Jenderal Ahmad Yani
Museum ini terletak di Jl. Lembang No.67, Menteng, Jakarta Pusat
Tiket masuk tidak ada alias gratis, pengunjung hanya perlu mengisi buku tamu 
Jadwal museum : 
Senin : Tutup
Selasa-Minggu : 08.00-16.00 WIB
Jika pada peristiwa yang terjadi di Rumah Jenderal A.H. Nasution yang meninggal adalah anaknya, maka lain hal dengan Jenderal Ahmad Yani yang meninggal akibat tertembus timah panas pasukan Tjakra Birawa. Sungguh pilu ketika membaca cerita yang tertera pada foto-foto saksi bisu meninggalnya Jenderal Ahmad Yani, setelah tertembak, beliau diseret dan ternyata jasadnya ditemukan di Lubang Buaya dalam keadaan yang sangat membuat hati teriris.
Surat yang ditulis oleh anak Jenderal Ahmad Yani
Dahulu keluarga Jenderal Ahmad Yani suka berkumpul di meja ini dan sekarang meja ini menjadi salah satu saksi bisu peristiwa sejarah yang tak kan bisa dilupakan
Setelah melihat langsung tempat dan membaca ceritanya, jadi tahu kenapa akhirnya dua rumah ini dijadikan Sasmitaloka, karena tidak sembarang tempat bisa disebut Sasmitaloka, mengutip perkataan Kepala Museum Sasmitaloka Jenderal Ahmad Yani, Kapten Infanteri Hendra Firdaus, kepada travel.detik hanya kejadian bersejarah yang terjadi di rumah tersebut hingga bisa disebut Sasmitaloka yang dalam bahasa Sansakerta mempunyai arti Sasmita (mengenang) dan loka (tempat), di Indonesia hanya 2 tempat yang disebut Sasmitaloka yaitu Museum Jenderal A.H Nasution dan Museum Jenderal Ahmad Yani yang berada di Jakarta ini.

Salam,
Tazkiaqzh

Saturday, November 24, 2018

Ngopi Saraosna Vol 6

Pertama kali tahu ada acara Ngopi Saraosna itu dari akun instagram Kang Emil, kebetulan emang lagi di Bandung. Yasudah akhirnya sempatin untuk datang ke sini. Dapat kopi gratis dan bisa icip-icip kopi jenis lain yang dijajakan di sini. 
Ngopi Saraosna ini adalah acara yang diadakan oleh Pemda Jawa Barat dan digelar di Halaman Gedung Sate Bandung pada tanggal 12-13 Oktober 2018 yang lalu. Saya datang di hari Sabtu, padahal hari Jumatnya itu Kang Emil ada di sini untuk pembukaan, ngobrol bersama warga, meracik kopi dan momotoran jeung kang David Naif dan babaturan. 


Saya juga membeli Kopi Susu dari Kedai Kopi Arsana seharga 15.000. Jadi penawar after taste kopi pahit yang disediakan panitia,  tapi saya sangat suka aroma kopinya, meski pahit memang mungkin karena saya lebih cenderung menyukai kopi manis kali ya.
Ciamik banget deh acaranya, ga terlalu banyak dekor tapi ngena banget karena bisa jadi ajang silaturahmi para pecinta kopi. Pengunjung juga dihibur dengan penampilan penyanyi-penyanyi papan atas dan hiburan lainnya, ditunggu Ngopi Saraosna Vol 7. Insya ALLAH, pengen datang lagi kalau ada kesempatan :D
Salam, 
Tazkiaqzh
This entry was posted in

Tuesday, November 20, 2018

Keliling Bogor

Pagi hari keliling sekitar kawasan Kebun Raya Bogor. bertemu uncal/rusa yang lucu ini. Banyak wisatawan yang memberi makan wortel kepada Rusa-Rusa di halaman Istana Presiden Bogor. Tentunya ini menjadi lahan bisnis yang menjanjikan, terlihat banyak pedagang wortel yang menjajakan dagangannya seharga 5.000 per satu bungkus wortel. Rusa-rusa ini langsung mendekat ketika ada wisatawan datang seolah mereka ingin sekali diberi makan tapi tak sedikit pula rusa yang sedang tidur-tiduran di ujung sana, kayaknya mereka ga lapar atau masih malas gerak hehe.
Penunjuk arah berberapa tempat dan museum di Kota Bogor, wah seru nih kapan-kapan bisa siapkan waktu untuk menjelajah museum di Kota Bogor.
Lewat depan kampus tercinta tempat uji kompetensi. Jadi rindu zaman kuliah, deg-degan tiap masuk kampus ini. Tapi kalau udah selesai rasanya lega selega leganya ;D
Bogor Trade Mall (BTM) ini yang suka dikunjungi selepas ujikom karena letaknya persis di depan kampus. Cuma sekedar makan siang dan beli es krim aja. Namanya juga mahasiswa :D
Lawang SuryaKancana enggak tahu sih di dalamnya apa, karena belum pernah masuk.
Pedestrian di kawasan Kebun Raya Bogor, jadi nyaman kalau mau jalan kaki di sini menikmati udara pagi ya meski sudah ramai kendaraan yang tentunya menghasilkan polusi udara yang tak sedikit.
Taman Kaulinan dan Lapangan Sempur yang jadi favorit buat olahraga pagi dan pas jaman masih kuliah suka jualan baju bekas untuk danus di sini, selain hari minggunya di Car Free Day depan air mancur.
Mampir dulu beli segelas jamu yang dijual oleh Ibu penjual jamu ini, enak dan menyehatkan seharga Rp. 3.000,-. Kalau ada ibu penjual jamu gini suka salut sih, itu kan berat ya kalau dipikul tapi kuat ya.
Pulang ke hotel naik becak, sebenarnya bisa jalan kaki tapi udah lama gak naik becak. Bapaknya ramah banget dan mau aku minta fotonya, yeay sehat selalu ya pak semoga rezekinya lancar.

Ternyata sudah 5 tahun yang lalu sejak aku pertama kali menginjakkan kaki di Kota Bogor ini, bener sih susah buat ga kangen sama kota ini, meskipun macetnya sama aja kayak Jakarta dan kadang bikin pusing liatnya. Tapi terimakasih Bogor sudah menorehkan banyak kenangan indah yang tak terlupakan. Kapan-kapan main ke Bogor lagi tapi keliling museum ya :D

Salam, 
Tazkiaqzh

Keliling Jakarta #1

Kebetulan lagi menginap di Hotel Golden Tulip persis di belakang Pasar Baru, pas buka jendela terlihat Monas dan Stasiun Gambir dari kejauhan, wah kayaknya tempatnya seru nih buat dijelajahi. Lalu setelah menghabiskan sarapan, saya memutuskan keluar hotel berjalan menuju Pasar Baru, menaiki jembatan dan berjalan kaki menyusuri jalanan Pasar Baru-Lapangan Banteng.
 Pasar Baru/Passer Baroe, pasar ini emang ikonik banget deh, pas masih kecil kalau sudah mendekati  tahun ajaran baru dan sepatu saya sudah tidak layak untuk digunakan, pasti orangtua mengajak saya untuk membeli sepatu di sini, selain karena harganya terjangkau dan banyak pilihannya. 
Pemandangan Pasar Baru dan sekitarnya dari balik jendela Hotel Golden Tulip
Banyak bajaj terparkir di depan Pasar Bau, walaupun sekarang sudah era teknologi canggih dengan adanya ojek online berbasis aplikasi, bajaj juga gak mau ketinggalan, ada kok aplikasi bajaj online. Cuma saya belum pernah mengunduh dan menggunakannya, karena saya lebih senang untuk memberhentikan bajaj di pinggir jalan.

di bawah jembatan ini terdapat berberapa kios warga yang menjual jasa melukis karikatur, bagus-bagus hasilnya, kalau mau cari kado karikatur bisa ke sini nih, persis di depan Pasar Baru kok.
Pertama kalinya saya ngelewatin Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) dan di sebelahnya ada Kantor Pos. GKJ ini arsitekturnya bercorak Belanda, ya karena memang gedung ini peninggalan Belanda, digunakan sebagai pusat kesenian sejak dulu hingga sekarang. Gedung ini sering mengadakan pertujukkan kesenian dan Jakarta Anniversary Festival (JAF) yaitu acara tahunan/forum pesta seni pertunjukkan untuk kesenian urban. 
Gedung Kantor Pos Indonesia ini mengingatkan saya akan Museum Pos Indonesia di Bandung yang baru saja saya kunjungi bulan kemarin
Nah, akhirnya sampai di tujuan akhir, yaitu Lapangan Banteng, di Lapangan ini terdapat Monumen Pembebasan Irian Barat untuk mengenang para pejuang Trikora/Tri Komando Rakyat dan masyarakat Irian Barat yang waktu itu memilih untuk tidak memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Trikora ini berisi tiga tuntutan rakyat untuk mengagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda, mengibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat, tanah air Indonesia dan bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa. Monumen ini terletak di depan Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, dekat dari Monumen Nasioanal/Monas, Mesjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang berdiri berdampingan.

Jadi, keliling Jakarta kali ini cukup seru, saran sih kalau mau keliling ya pagi hari biar sekalian olahraga di Lapangan Banteng dan bisa melanjutkan perjalanan hingga ke Monas, kalau saya tidak melanjutkan perjalanan karena sudah waktunya check out hotel, lain kali mungkin bisa dicoba lagi.

Salam, 
Tazkiaqzh

Bandung Tour on Bus

Bandung Tour on Bus atau yang biasa disingkat Bandros ini adalah salah satu daya tarik wisata di Kota Bandung. 
Kalau mau naik di Bandros ini kita harus ke Balai Kota Bandung dan membeli tiket seharga Rp. 10.000,- di loket yang tersedia. Peminatnya banyak banget loh, jadi harus rela antri kalau libur akhir pekan. 
Bandros menawarkan sensasi berkeliling kota Bandung, sepanjang perjalanan akang dan teteh menemani kita sambil memandu dan menceritakan sejarah yang ada di Kota Bandung.  
Foto Eceu pemandu sumbernya dari  kamera Kang Galih, nuhun kang :)
Bandros ketika melewati museum Konferensi Asia Afrika
Jalan Braga yang terkenal dengan keindahan jalannya yang dipenuhi dengan para pelukis yang menjual jasanya
Titik nol kilometer kota Bandung yang terletak di depan Kantor Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat
Selain itu Bandros ini juga melewati Jalan Banceuy di sana ada Penjara Banceuy, yaitu penjara tempat pak Soekarno ditahan setelah ditangkap oleh Belanda pada tahun 1929, yang kedua ada Mesjid Al-Imtizaj, mesjid bernuansa oriental, dari luar mesjid ini tampak seperti Klenteng dan Sungai Cikapundung yaitu sungai yang membelah kota Bandung dan bermuara di Sungai Citarum. Kebayang kan serunya naik Bandros, yuk cobain ya.

Setelah selesai berkeliling dengan Bandros, lanjut deh ke Bandung Planning Gallery (BPG) yang terletak di area Taman Sejarah, belakang Balai Kota Bandung di Jalan Aceh, Babakan Ciamis, Kota Bandung.
BPG jadi salah satu wisata edukasi berbasis media interaktif berteknologi tinggi yang akan mengenalkan kita akan perencanaan kota Bandung di masa yang akan datang, kota Bandung pada masa kini dan sejarah kota Bandung di masa lampau. Pengunjung akan dimanjakan dengan grafis berwarna-warni nan menarik yang tergambar di dinding, bisa jadi spot foto yang bagus juga loh.

Dua gambar di atas saya ambil dari kamera teman saya, Kang Galih karena saya tidak sempat memfoto semua spot. Terima kasih Kang :D
Nah ini nih teknologi yang digunakan di galeri ini, yaitu video mapping, virtual reality dll. Bandung akan mengusung konsep smart city dan urban mobility untuk transportasi masyarakatnya di masa depan, seperti sky bridge  di bawah ini.

Mencoba memakai pakaian adat Sunda dengan cara berdiri di depan layar augmented reality dan nantinya gambar pakaian adat akan muncul mengikuti tubuh kita, keren ya.

Nah, jadi tunggu apalagi, kalau ke Bandung sempatkan untuk main ke sini, banyak pengetahuan yang akan kita dapatkan. Bandung makin keren bukan?

Salam,
Tazkiaqzh