Monday, December 17, 2018

Museum Kata Andrea Hirata

Menyambung dari post sebelumnya wonderful BelitungMuseum Kata Andrea Hirata terletak di Lenggang, Gantung, Kabupaten Belitung Timur, buka setiap hari pada pukul 10.00-17.00. Suasana yang disajikan memang tentang laskar pelangi, perjuangan laskar pelangi, berberapa penghargaan dan novel laskar pelangi yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa. 
Buku Laskar Pelangi dalam berbagai bahasa
spot foto yang paling diminati pengunjung adalah pintu jendela warna-warni ini, lucu ya?:)

 di sini kita juga bisa membeli kartu pos yang bisa kita tulis dengan pesan dan kesan kita lalu nanti dikirimkan ke alamat rumah kita, ini beneran loh kartu posnya sampai ke rumah saya :) . 
ohya jangan lupa cicipi kopi di sini ya, karena kota ini terkenal dengan kota 1001 warung kopi.

Salam,
Tazkiaqzh

Wonderful Cirebon-Kuningan


Selamat datang di bulan Desember, bulan yang di mana hampir tiap minggu dipastikan tidak ada di rumah karena kondangan. Akhir pekan awal bulan Desember ini, pergi ke Kuningan untuk menghadiri pernikahan salah seorang rekan kerja. Naik kereta Tegal Ekspres jurusan Cirebon kelas Ekonomi seharga Rp.45.000,- Beli tiketnya pakai aplikasi KAI Access, pas masuk tinggal pindai barcode yang akan dilakukan oleh petugas, tidak usah mencetak tiket lagi. 



Kereta ekonomi dengan bangku berhadap-hadapan diisi oleh tiga orang perbangkunya, karena kami berenam jadi pas dua bangku. Cukup nyaman buat perjalanan yang tidak terlalu lama dan yang penting harganya murah, soal toilet sih ya layaknya toilet umum pada umumnya, tapi cukup baik kok. Kalau lapar dan haus ada petugas yang menawarkan makanan dan minuman, Mie dalam kemasan cup seharga Rp.10.000, nasi goreng 25.000 dan minuman hangat.


Kebetulan pas berangkat ini badan lagi tidak bersahabat, demam ditambah pilek dari semalam, tapi perjalanan harus tetap ditempuh karena pikirnya udah seneng mau jalan-jalan. Hayuklah dilawan sakitnya, sudah persiapan jaket, tolak angin, parasetamol, minyak kayu putih, makanan, minuman secukupnya dan yang paling penting masker yang saya beli waktu acara National Young Inventors Award 2018 yang diselenggarakan oleh LIPI. Masker ini berkhasiat meredakan batuk dan pilek dibuat oleh adik-adik SMAN 3 Cilacap, sederhana tapi bermanfaat, aroma jeruknya bikin tenang.


Sepanjang perjalanan yang terlihat hamparan sawah nan hijau, enggak bikin bosan, gini nih kalau biasa tinggal di Kota besar yang isinya gedung-gedung bertingkat, ngelihat hal kayak gini aja udah bisa nge-refresh pikiran. Perjalanan ditempuh dalam waktu kurang lebih hampir 4 jam. kami seharusnya berangkat pukul 07.35 dari Stasiun Pasar Senen dan sampai di Stasiun Cirebon Prujakan pada pukul 11.30.


Di luar stasiun terdapat berberapa becak dan angkot yang sedang berhenti menunggu penumpang. Mobil angkot warnanya biru, mirip kayak warna angkot di Jatinegara nih. Tidak lama, kami dijemput oleh ayah teman saya yang kebetulan berdomisili di Kuningan. Kami diajak makan siang di salah satu rumah makan yang menyediakan menu empal di Cirebon. Yaitu rumah makan H.Apud di Battembat, Tengah Tani, Cirebon.


Pantes ramai banget, ternyata memang enak sih rasanya, ada empal gentong yang berkuah santan dan empal asem yang berkuah bening, isinya daging sapi, babat, usus dan kaki tapi kita bisa milih isiannya kok, mau campur atau hanya berberapa item saja. Bagi yang tidak suka atau tidak  bisa makan daging, bisa pilih nasi lengko seharga 15.000, yaitu nasi putih dengan isian tauge, tempe, tahu, mentimun, daun kucai dan bawang goreng. Setelah makan yang berat, bisa ditutup dengan hidangan tahu gejrot ini yang rasanya juga tak kalah enak dan segar.

Suasana sepanjang perjalanan dari Cirebon menuju Kuningan, karena sedang dilanda hujan deras jadi foto-fotonya cuma bisa dari balik kaca jendela mobil
Kami menginap di rumah teman yang berlokasi di Desa Kaduagung, suasananya masih asri banget dan dingin gak perlu pakai pendingin udara ini mah.
Malam harinya makan daging lagi di rumah makan Sate Beberjaya, tak jauh dari rumah teman saya tempat kami menginap, berhubung saya tidak terlalu menyukai daging kambing atau sapi dan karena tadi pagi sudah makan kedua daging tersebut, maka malam ini saya memutuskan untuk makan dengan menu ikan mas pepes haha.


Setelah makan malam, kami menyempatkan jalan-jalan malam ke Open Space Kertawangun. Seperti pasar malam, banyak yang berjualan makanan dan mainan serta beragam mainan untuk anak-anak seperti becak mini dll. Hiburan murah meriah, pas buat menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga. Angin berhembus cukup kencang, kami hanya bertahan berapa menit di sini karena udara sangat dingin dan memutuskan pulang kembali ke rumah.


Hari minggu paginya kami bergegas ke Alun-alun kuningan untuk menghadiri pernikahan rekan kami, seperti biasa foto-foto dengan pengantin, makan dan jam 11.30 kami harus kembali ke rumah tempat menginap dan bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta dengan menaiki kereta pukul 15.00 dari Stasiun Cirebon Prujakan. 

Tak lupa membeli oleh-oleh untuk teman di Kantor dan keluarga di Rumah. Terdapat dua booth makanan yang menjual oleh-oleh dari Cirebon yaitu Bakpia Atom Kocir dengan berbagai varian rasa seharga 25.000/kantungnya yang berisi 5 buah bakpia dan satu lagi menjual bolu dengan varian bolu tape hijau, bolu tape dan bolu susu. Karena yang paling khas dari kota ini adalah tape hijau maka dari itu saya membeli 1 kotak bolu tape hijau seharga 40.000, sedangkan untuk bolu susunya seharga 35.000., Saya lupa merknya apa, rasanya cukup enak, manisnya pas dan teksturnya lembut.

Sekitar pukul 18.30 kami sampai di Stasiun Jatinegara, istirahat dan solat sejenak di stasiun ini lalu melanjutkan perjalanan menuju ke Serpong menaiki KRL Commuter Line. Cukup melelahkan karena sepanjang perjalanan tidak tidur dan hanya dihabiskan untuk mengobrol bersama teman. Setelah sampai di rumah harus bergegas mengistirahatkan badan dari perjalanan panjang karena esok harinya kembali bekerja. Sampai jumpa di lain waktu Cirebon dan Kuningan.

Salam, 
Tazkiaqzh

Sunday, November 25, 2018

Keliling Museum di Jakarta Pusat

Bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November kemarin, jalan-jalan keliling museum di Jakarta. Naik KRL ke Cikini, setelah sampai di Stasiun Cikini naik bajaj cuma 15 ribu bilang mau ke Museum Proklamasi, ternyata kami diturunkan di Tugu Proklamasi dong, kayaknya supir bajajnya salah paham. Yaudah, setelah bertanya sama warga sekitar tapi tidak mendapatkan jawaban yang oke akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan modal google maps dan semangat yang tinggi.
1. Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Akhirnya sampai di destinasi pertama yaitu Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Museum ini terletak di Jl. Imam Bonjol No 1 Jakarta Pusat.  
Harga Tiket : 
Dewasa : Rp.2.000,-
Dewasa (Rombongan) : Rp. 1.000,-
Anak-anak : Rp. 1.000,-
Anak-anak (Rombongan) : Rp.500,-
Tamu asing : Rp.10.000,-
Jadwal Museum : 
Senin/Libur nasional : Tutup
Selasa-Kamis dan Sabtu-Minggu : 08.00-16.00 WIB
Jumat : 08.00-11.30 dan buka kembali 13.00-16.30
Kita mendapatkan buklet berisi sejarah gedung dan di dalamnya ada 4 pertanyaan yang bisa kita isi selepas berkunjung ke museum ini, jadi semacam post test gitu. Ternyata di sana ramai banget siswa-siswi SD yang lagi berkunjung. 
Patung Sayuti Melik sedang mengetik naskah proklamasi
Museum yang dikelola oleh Ditjen Kebudayaan Kemendikbud ini sudah berbasis teknologi canggih seperti augmented reality dengan cara memindai gambar yang bertanda khusus menggunakan aplikasi SiJi yang bisa diunduh di Google Play Store, jadi setelah kita pindai maka gambar tersebut akan berubah menjadi video yang akan menjelaskan tentang isi tulisan pada gambar tersebut. Menarik bukan? seperti pada video di bawah ini
Di belakang museum ini terdapat taman yang dihiasi lukisan sejarah pada dindingnya dan ada berberapa kandang burung merpati
2. Museum Sasmitaloka Jenderal Besar A.H. Nasution
Destinasi selanjutnya ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih 22 menit dari destinasi pertama yaitu Museum Perumusan Naskah Proklamasi. 
Museum ini terletak di Jl. Teuku Umar No.40, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat
Tiket masuk tidak ada alias gratis, pengunjung hanya perlu mengisi buku tamu dan bila berkenan bisa mengisi kotak uang pemeliharaan museum seikhlasnya.
Jadwal museum : 
Senin : Tutup
Selasa-Minggu : 08.00-16.00 WIB
Ketika masuk kami dikagetkan dengan salah satu pasukan Tjakra Birawa yang jongkok sambil memegang senapan, sungguh sangat bikin deg-degan ga berhenti bahkan sampai keluar museum pun saya masih deg-degan dibuatnya dan takut untuk memasuki ruangan lain sendirian haha.
Patung yang menggambarkan ketika Jenderal A.H Nasution hendak melompat pagar yang berada di sampingnya rumahnya demi bersembunyi dari sergapan Pasukan Tjakra Birawa yang hendak menculiknya.
Anak kedua Jenderal A.H Nasution yang bernama Ade Irma Suryani Nasution (5 tahun), tertembak senapan pasukan Tjakra Birawa dalam pelukan ibundanya ketika berusaha menjadi tameng bagi Ayahandanya. Hingga akhirnya meninggal di rumah sakit dan dimakamkan di Jl. Prapanca Raya No.12. 
perjalanan menuju museum selanjutnya melalui Taman Suropati, ini matahari sedang terik-teriknya, sempet istirahat sebentar terus beli semangka potongan yang dijual di abang penjaja rujak

3. Museum Sasmitaloka Jenderal Ahmad Yani
Museum ini terletak di Jl. Lembang No.67, Menteng, Jakarta Pusat
Tiket masuk tidak ada alias gratis, pengunjung hanya perlu mengisi buku tamu 
Jadwal museum : 
Senin : Tutup
Selasa-Minggu : 08.00-16.00 WIB
Jika pada peristiwa yang terjadi di Rumah Jenderal A.H. Nasution yang meninggal adalah anaknya, maka lain hal dengan Jenderal Ahmad Yani yang meninggal akibat tertembus timah panas pasukan Tjakra Birawa. Sungguh pilu ketika membaca cerita yang tertera pada foto-foto saksi bisu meninggalnya Jenderal Ahmad Yani, setelah tertembak, beliau diseret dan ternyata jasadnya ditemukan di Lubang Buaya dalam keadaan yang sangat membuat hati teriris.
Surat yang ditulis oleh anak Jenderal Ahmad Yani
Dahulu keluarga Jenderal Ahmad Yani suka berkumpul di meja ini dan sekarang meja ini menjadi salah satu saksi bisu peristiwa sejarah yang tak kan bisa dilupakan
Setelah melihat langsung tempat dan membaca ceritanya, jadi tahu kenapa akhirnya dua rumah ini dijadikan Sasmitaloka, karena tidak sembarang tempat bisa disebut Sasmitaloka, mengutip perkataan Kepala Museum Sasmitaloka Jenderal Ahmad Yani, Kapten Infanteri Hendra Firdaus, kepada travel.detik hanya kejadian bersejarah yang terjadi di rumah tersebut hingga bisa disebut Sasmitaloka yang dalam bahasa Sansakerta mempunyai arti Sasmita (mengenang) dan loka (tempat), di Indonesia hanya 2 tempat yang disebut Sasmitaloka yaitu Museum Jenderal A.H Nasution dan Museum Jenderal Ahmad Yani yang berada di Jakarta ini.

Salam,
Tazkiaqzh